Sabtu, 08 Juni 2013

Kebanyakan Nonton Bokep Bikin Otak Mengecil

Kebanyakan Nonton Bokep Bikin Otak Mengecil

Kebanyakan Nonton Bokep Bikin Otak Mengecil


Beragam cara dipraktekkan untuk mengikis dan memberantas pornografi. Tapi, semakin dilarang, semakin tumbuhlah pornografi. Sebelum internet masuk ke kehidupan manusia, pornografi datang melalui buku-buku stensilan, majalah dewasa dan kaset video. Meski tak begitu sulit mendapatkannya, tapi peredarannya relatif tersembunyi. Begitu internet dikenal akrab, pornografi pun menemukan wadahnya. Semua bentuk pornografi ditawarkan secara terang-terangan melalui internet. Cara apapun yang dilakukan untuk membendungnya tak pernah benar-benar mempan. Pasalnya industri maksiat ini tumbuh dan berkembang seiring dengan kemauan pasar. Selama masih ada saja yang menyukainya, selama itu pula pornografi akan terus hidup.
Bahaya utama pornografi adalah sifatnya yang menyebabkan kecanduan atau adiksi. Berawal dari kecanduan inilah berbagai problem timbul. Mulai dari masalah kesehatan, keharmonisan rumah tangga sampai pekerjaan.
Dokter Istar Yuliadi, seorang dokter spesialis sexology  mengatakan bahwa film atau tontonan porno jika dilakukan secara proporsional sesuai kebutuhan dan penuh privasi sebenarnya akan sah-sah saja. Agar gairah seks tetap bisa dipertahankan, dibutuhkan suasana hati atau mood. Jika pasangan sudah mengalami kejenuhan, maka mungkin perlu variasi.

Bisa Jadi Referensi Suami Istri
Menurutnya blue filmjuga bisa sebagai sumber informasi kok. Banyak pria yang sangat konservatif dan hanya main tembak langsung. Dengan melihat film jenis itu, ia akan mengetahui bagaimana cara berhubungan seks yang benar. Tentunya tidak semua film porno bisa jadi referensi. " Nah, film biru bisa dijadikan alternatif untuk membangkitkan mood pasangan. Menonton film biru saya kira bisa dilakukan apabila pasangan tersebut memang ingin mencari variasi atau dengan mencontoh gaya-gaya dalam berhubungan suami istri," kata Istar begitu dia kerap disapa. Artinya, secara seksuologi hal tersebut bisa untuk menambah keharmonisan rumah tangga. Dengan catatan film tersebut tidak terlalu vulgar tampilannya.
Lalu bagaimana jika film biru tersebut hanya ditonton oleh satu pihak, suami saja atau istri saja. Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta ini kembali menjelaskan bahwa sebaiknya menonton film porno dilakukan bersama. Pasalnya akan bisa berpengaruh negatif jika hanya dilakukan oleh satu pihak. “Seharusnya tayangan pornografi itu bisa menjadi inspirasi tentang bagaimana memuaskan pasangan di ranjang. Dengan mengajak pasangan menonton tayangan pornografi sebelum berhubungan intim, Kamu bisa menunjukkan fantasi seks apa yang ingin Kamu perlihatkan pada pasangan,” tuturnya.
Tapi semua ada porsinya lho ya. Kalaumenonton tayangan pornografi yang berlebihan, jadwal bercinta dengan pasangan di dunia nyata menjadi terbengkalai karena seseorang yang suka menonton tayangan pornografi ini sudah terpuaskan hasratnya dengan tontonan itu. Inilah yang bisa merusak pernikahan.
“Menonton tayangan porno yang keseringan apalagi sampai kecanduan akan menimbulkan kejenuhandalam berhubungan dengan pasangan. Sehingga pasangan tidak mempunyai efek menstimuli pusat rangsang seksual. Artinya mereka sudah kebal dan nggak ngefek lagi dengan pasangan mereka,” terang bapak lima anak ini kepada Koran JITU.
Selain itu tontonan ini idealnya hanya boleh ditonton oleh pasangan yang sudah menikah. Karena syarat hubungan sex yang sehat adalah yang dilakukan dalam ikatan pernikahan. Jika tidak, film porno dan hubungan sex yang dilakukan oleh orang yang belum menikahakan berpengaruh buruk lho. Banyak sekali dampak yang bisa ditimbulkan salah satunya adalah rasa penasaran dan ingin coba-coba. Nah, dari situlah seseorang akan ketagihan dan akhirnya bisa menimbulkan kehamilan di luar nikah. Belum lagi jika Kamu tertular penyakit menular seksual. “ Bagi yang belum menikah tontonan tersebut sebaiknya dihindari karena bisa memacu hubungan sex pra nikah. Hal yang paling dekat ialah memacu orang untuk melakukan masturbasi atau onani. Dan parahnya setelah mereka menikah akan kebal terhadap rangsangan pasangan,” paparIstar. 

Sulit Bergairah terhadap Pasangan
Pernyataan Istar ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan pakar kesehatan seksual, Dr Rajan Bhonsle. Sebagaimana dilansirvivanews, studi menunjukkan pria yang memanjakan diri dengan rangsangan visual seperti pornografi, rentan terkena gangguan yang disebut Sexual Attention Deficit Disorder (SADD). Dalam jangka panjang, penderitanya akan sulit memiliki hubungan seksual yang sehat dengan pasangannya. Sebab, stimulus seks hanya dapat dipicu melalui gambar visual atau grafis, bukan wanita sebenarnya.
Bentuk eksplisit seperti pornografi, pedofilia, voyeurisme, aktivitas seks lebih dari dua orang dan aktivitas menyimpang lain menimbulkan ketidakpekaan saat bercinta. Dalam jangka panjang, mereka akan sulit merasakan kenikmatan dengan aktivitas seks normal. Sehingga, mereka cenderung merasakan seks menyimpang sebagai kebutuhan agar menjaga rangsangan seks tetap tinggi.Seperti dikutip Times of India, aktivitas seksual dengan rangsangan gambar atau video porno membuat seseorang sulit bila dirangsang pasangan. Ini pula yang menimbulkan permasalahan dalam pernikahan dalam waktu lama.
Penyebab umum lain SADD adalah hubungan seksual dengan banyak pasangan sebelum menikah. Karena terbiasa dengan banyak pasangan,sulit meletupkan gairah seks hanya pada satu pasangan.
Secara fisiologis, mereka terangsang dan bisa “tegak”, tapi tidak bergairah secara mental. Pria dengan SADD juga kurang tertarik dengan seks nyata dan lebih memilih memuaskan diri dengan masturbasi. Meski frekuensi masturbasi relatif normal, banyak pria tidak menyadari bahwa periode alami refraktori yakni waktu pemulihan antara satu ereksi dengan ereksi berikutnya meningkat seiring pertambahan usia.
Menurut para pakar seks, memang tak ada yang salah dengan masturbasi. Tapi, akses mudah pornografi telah memengaruhi kebanyakan pria yang sebenarnya tidak punya masalah. Karena kecanduan ini, mereka men-settingotaknya untuk meraih kepuasan instan dari pornografi. Mereka jadi terbiasa untuk berfantasi selama melakukan hubungan seks nyatadengan pasangannya. Tujuannya adalah untuk mempertahankan ereksi.
Pria kecanduan seks biasanya telah memiliki gambaran tentang bagaimana wanita seharusnya. Dan, pasangan yang tidak sesuai harapannya,mungkin menimbulkan kekecewaan. Ini sangatberpengaruh pada gairah seks.
Berbeda dari kecanduan umumnya, mengobati kecanduan seksual sangat rumit dan butuh waktu lama. Oleh karena itu lebih baikmenjauhkan anak dan remaja dari pornografi sejak dini.

Lebih Merusak Daripada Narkoba
Parahnya, banyak orang yang meremehkan kecanduan ini. Padahal efeknya bisa jadi lebih berat dari narkoba. Dalam sebuah acara Seminar Eksekutif Penanggulangan Adiksi Pornografi di Jakarta, Dr. Mark B Kastlemaan, pakar adiksi pornografi dari USA mengatakan bahwa candu pornografi dapat menyebabkan kerusakan pada lima bagian otak, sedangkan narkoba menyebabkan kerusakan pada tiga bagian otak.
Kerusakan otak ini akan menyebabkan prestasi akademik menurun, sulit membuat perencanaan, sulit mengendalikan hawa nafsu dan emosi, sukar mengambil keputusan serta terganggunya berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impuls-impuls. Bagian iniah yang membedakan manusia dengan binatang.
Menurut Dr. Mark, pada pecandu pornografi, otak akan terangsang memproduksi dopamin dan endorfin, bahan kimia otak yang membuat rasa senang dan merasa lebih baik. “Dalam kondisi normal,zat-zat ini sangat bermanfaat untuk membuat orang sehat dan merasa lebih baik. Tapi dengan pornografi, otak akan mengalami stimulasi berlebihan sehingga bekerja   terlalu ekstrim. Akibatnya otak bisa mengecil dan rusak,” jelasnya sebagaimana dilansir detikhealth. Waduh !
“Pada dasarnya orang yang kecanduan pornografi merasakan hal yang sama dengan pecandu narkoba, yaitu ingin terus memproduksi dopamin dalam otak. Tapi pecandu pornografi bisa memenuhi kebutuhannya dengan mudah, kapanpun, di manapun bahkan melalui ponsel sekalipun. Ini yang membuatnya lebih sulit dideteksi dan diobati ketimbang kecanduan narkoba,” jelas Dr. Mark.(uty/yudhi/detikhealth /femalekompas/vivanews)